Untuk menunjang pelaksanaan program pengembangan budidaya laut di Indonesia berdasarkan KEPPRES RI No. 23 Tahun 1982 dan SK. Menteri Pertanian Nomor 437/Kpts/Um/7/1982, pada tahun 1982 Direktorat Jenderal Perikanan telah merintis pembentukan Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung.
Lembaga ini sejak Februari 2014 menjadi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) berkat berbagai prestasinya di bidang pengembangan teknologi perikanan budidaya laut di Indonesia. Bisa dibilang, bila kita mendiskusikan tentang teknologi budidaya laut, tak akan lengkap jika tidak melibatkan BBPBL Lampung.
BBPBL Lampung membudidayakan berbagai jenis komoditas, di mana komoditas ini merupakan unggulan yang menjadi senjata ekspor Indonesia selain udang. Komoditas tersebut diantaranya Kerapu Bebek, Kerapu Macan, Kerapu Kertang, Kakap Putih, Kakap Merah, Bawal Bintang. Bahkan juga ada Udang Vaname, Ikan Cobia, ikan Badut/ Nemo, Blue Devil, Teripang, Kuda Laut, dan Rumput Laut.
Kepala Bidang Uji Terap Teknik dan Kerja Sama, BBPBL Lampung, Evalawati, SP., MM., mengatakan, “kakap putih sebenarnya pertama berhasil di Balai ini tahun 1987, tapi justru sekarang terkenal di Batam, mungkin karena dulu kami fokus pada kerapu tapi teknologi kami mapan sekali untuk teknologi kakap putih.”
Saat ini program kerja yang dikerjakan BBPBL Lampung selain melakukan kegiatan budidaya, menjalankan program sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
“Seperti mensertifikasi pembenihan kerapu macan, kerapu tikus dan beberapa spesies di hatchery, dan budidaya di KJA”, jelas Eva.
Eva melanjutkan, BBPBL Lampung juga selalu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain termasuk pihak swasta, Dinas Perikanan dan Kelautan dari kabupaten lain, Universitas, dan Instansi lainnya. Seperti tahun ini melanjutkan kerjasama dengan Biotrop terkait peningkatan kultur jaringan rumput laut skala laboratorium.
Prestasi BBPBL Lampung, terkait dengan teknologi budidaya laut tahun 2015 pada Rakernis (Rapat Kerja Teknis) di Bogor mendapat prestasi tenaga kerja terbaik peringkat ke-2 dari seluruh UPT DJPB. “Sebenarnya kami belum tahu apa indikator yang membuat prestasi itu tetapi mulai tahun 2013 kami selalu mengerjakan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara rutin setiap triwulan. Kami melaporkan tingkat capaian daripada target IKU, mungkin penilaiannya dilihat dari IKU,” tambah Eva.
BBPBL Lampung memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 147 orang. diantaranya PNS, tenaga kontrak, dan penyuluh yang diperbantukan.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di BBPBL Lampung terbilang lengkap, ada Bak Induk, Hatchery, Bangsal Pendederan, Keramba Jaring Apung, Laboratorium Penguji Kesehatan Ikan, Laboratorium Penguji Kualitas Air, Laboratorium Pakan Alami, Laboratorium Ikan hias, Laboratorium Nutrisi, Instalasi Way Muli.
Manfaatkan teknologi modern
Semua kegiatan pembesaran dan pemeliharaan induk serta penyiapan standar dilakukan di karamba jaring apung yang dipusatkan di kawasan Teluk Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
KJA yang digunakan tidak boleh sembarangan, harus yang berstandar. BBPBL Lampung menggunakan produk KJA dalam negeri yang sudah terbukti kualitasnya tidak kalah dengan produk luar negeri.
Perencana Bahan Standardisasi, BBPBL Lampung, Drs. Hidayat Adi Sarwono, M.Sc, mengatakan, BBPBL Lampung menggunakan KJA Aquatec karena produk ini dikenal tahan lama dan aman dari terpaan ombak besar.
“Selain itu KJA Aquatec sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk wisata bahari, pemancingan, namun di balai ini masih dikuhususkan untuk budidaya saja. Produksi di KJA juga hasilnya lebih bagus dan hasil panennya banyak”, tambah Hidayat.
Budidaya di keramba jaring apung ada di teluk Lampung, 100 meter lebih dari lokasi pinggir pantai balai. Dulu, tutur Eva, sewaktu dirinya masuk ke BBPBL Lampung tahun 1985 KJA masih terbuat dari bambu, berkembang menjadi kayu dan berkembang lagi sampai saat ini sehingga kegiatan budidaya jadi aman.
Eva mengatakan, BBPBL Lampung menggunakan KJA Aquatec sudah tiga tahun yang lalu, awalnya pengadaan sendiri lalu bantuan dari DJPB diserahkan ke UPT, pada tahun kemarin kita mendapatkan beberapa unit.
“Keunggulan KJA Aquatec memiliki daya apung bagus dan lebih tahan terhadap ombak air laut, dengan daya apung lebih bagus membuat ikan lebih nyaman dan orang yang bekerja lebih nyaman”, jelas Eva.
BBPBL Lampung menggunakan KJA Aquatec segi empat untuk pemeliharaan ikan kerapu karena disesuaikan dengan habitat aslinya. diam di tempat tidak berenang bebas, atau disebut juga ikan pemalas. Sedangkan untuk KJA Aquatec bundar agar bisa memanfaatkan ruang ada komoditas tertentu salah satunya bawal bintang, karena pergerakannya aktif.
“KJA Aquatec sangat dirasakan manfaatnya oleh BBPBL Lampung, karena memudahkan kegiatan budidaya dari mulai proses pembesaran ikan konsumsi dan pemeliharaan induk ”, tutur Hidayat.
BBPBL Lampung menggunakan 34 unit KJA Aquatec, dengan 212 lubang. Lubang KJA ada yang dikosongkan agar sirkulasi air menjadi bagus, untuk sarana memindahkan ikan karena secara berkala tiga minggu sekali atau sebulan sekali dilakukan pergantian jaring dan pemindahan ikan. (Resti)